Sebanyak 62 perwakilan Mama – Mama Pedagang Asli Papua Kota Sorong yang tergabung dalam organisasi Pasar Pedagang Mama – Mama Papua Kota Sorong (P2MP.KS) bertemu dengan pimpinan Majelis Rakyat Papua Provinsi Papua Barat Daya (MRP PBD) pada Senin, 10/6/2024, pukul 12.00 sampai 14.00 WIT, bertempat di kantor MRP PBD, kota Sorong.
Pertemuan ini dihadiri sejumlah perwakilan pedagang dan tim pendamping para pedagang Papua kota Sorong di antaranya, Komunitas AVAA oleh Sdr Yohanis Mambrasar, Tim Sekretariat Keadilan dan Perdamaian (SKP) Ordo Santo Agustinus Papua, RP Heribertus Lobya OSA, Sanggar KLAFUN, Sdr Frida Tabita, serta dari LENTERA diwakili oleh Sdr Robert Nauw. Juga hadir organisasi mahasiswa PMKRI Cabang Sorong dan beberapa tokoh pemuda di antaranya, Sdr Yance Yesnat, Yoap Iek, dan Agu.
Ketua Pasar Pedagang Mama – Mama Papua Kota Sorong (P2MP.KS), Levina Duwit mengatakan kekesalannya atas Tindakan Pemerintah Kota Sorong yang membongkar pasar Boswesen tempat jualannya secara paksa dengan penggunaan aparat TNI. Pengusuran pedagang dilakukan tanpa sosialisasi dan kesepakatan bersama antara pemerintah dan pedagang. Masalah kemudian muncul karena pasar Rufei yang menjadi lokasi relokasi tidak ramai dikunjungi pembeli dan tidak terawat dengan baik oleh pemerintah dan gangguan keamanan terjadi setiap saat.
“Kami rugi karena di pasar Rufei ini sepi pembeli beda waktu di pasar Boswesen yang selalu ramai dikunjungi pembeli,” ujarnya.
Levina melanjutkan pasca diresmikan pasar Rufei tidak dikelola dengan baik. Hal ini terlihat jelas dengan tidak adanya petugas kebersihan yang bertugas di pasar. Permasalahan pengembangan pasar juga terabaikan sampai saat ini. Pihaknya berharap melalui audiensi bersama pimpinan MRP PBD, pedagang asli Papua dapat bagian dalam perhatian pemerintah.
“Kami hanya minta perhatian berupa bantuan modal usaha dan pendampingan usaha oleh pemerintah sehingga kami tidak kalah bersaing dengan orang dari luar Papua,” paparnya.
Senada dengan itu, Mama Yuliana Rayar, salah satu pedagang asal Kompleks Suprauw mengatakan pasca Pasar Boswesen digusur mereka kehilangan tempat berjualan. Mereka kini tidak lagi berjualan di Pasar Rufei. Kondisi ini berdampak pada ekonomi keluarga yang biasanya rutin masuk kini mulai berkurang. Diakuinya sebagai pengganti usaha berdagang kini dirinya lebih memilih mencari ikan di Laut untuk mencukupi kebutuhan keluarga.
“Sekarang kami tidak jualan lagi karena tempat berjualan sudah tidak ada lagi untuk kami di pasar Boswesen,” terangnya.
Tanggapan MRP PBD
Menanggapi aspirasi mama – mama pedagang Papua pada pertemuan ini, Ketua MRP Papua Barat Daya, Alfons Kambu memberikan apresiasi atas kehadiran dan inisiatif mama – mama Papua datang dan menyampaikan aspirasi terkait pasar Boswesen. Ia mengungkapkan MRP siap mendorong dan melanjutkan aspirasi kepada Pemerintah Provinsi Papua Barat Daya dan Pemkot Kota Sorong terkait pengaktifan Kembali pasar Boswesen. “Saya sebagai pimpinan Lembaga melihat serius aspirasi yang disampaikan ini dan kami akan segera bentuk pansus untuk mengawal dan merumuskan aspirasi ini,” bebernya.
4 Poin Rekomendasi
Diakhir dari dialog antara para pedagang mama - mama asli Papua dengan MRP PBD. Dilakukan penyerahan empat poin aspirasi yang menjadi rekomendasi pertemuan kepada Ketua MRP PBD. Empat rekomendasi P2MP.KS di antaranya: Pertama, Pemprov Papua Barat Daya dan Pemkot Sorong harus membangun pasar khusus pedagang Papua Kota Sorong di lokasi Pasar Boswesen. Kedua, pemerintah baik provinsi maupun kota melakukan pembinaan usaha pedagang Papua dalam bentuk pemberian modal usaha dan dikelola secara mandiri oleh Koperasi Pedagang Papua. Ketiga, pemerintah provinsi maupuun kota menyediakan transportasi pedagang sebagai penghubung dengan pasar sehingga dapat dikelola secara mandiri oleh unit pasar atau koperasi pedagang Papua. Keempat, Pemkot Sorong segera mengizinkan penggunaan lokasi pasar Boswesen sebagai tempat jualan para pedagang Papua atau diaktifkan Kembali untuk operasional pasar.
(YOHANIS AJOI – Nusantaraaktual.com)
.png)
