Gereja Katolik Kevikepan Kepulauan Riau (Kepri) menggelar Seminar Hari Minggu Migran Sedunia pada Minggu, 21 September 2025, di Grand Ballroom Pacific Palace Hotel, Batam. Kegiatan ini merupakan bagian dari rangkaian perayaan Hari Minggu Migran Sedunia yang sejak tahun 1914 dirayakan Gereja Katolik di seluruh dunia sebagai bentuk kepedulian terhadap para migran, pelaut, pengungsi, dan keluarganya.
Dalam
sambutannya, RP. Ansensius Guntur CS, Direktur Stella Maris Batam, menegaskan
bahwa seminar ini dirancang untuk membangun kesadaran umat Katolik di Kevikepan
Kepri mengenai arah pastoral Gereja bagi para migran, pelaut, dan keluarga yang
ditinggalkan. Selain itu, kegiatan ini juga bertujuan memperluas wawasan umat
mengenai isu-isu migrasi, termasuk kebijakan pemerintah, peran serikat pekerja,
serta keterlibatan lembaga HAM dalam memperjuangkan hak-hak pekerja migran.
“Batam dipilih
sebagai lokasi kegiatan mengingat posisinya yang strategis sebagai pintu keluar
pekerja migran menuju Malaysia dan Singapura. Belakangan, Batam juga marak
diberitakan terkait kasus tindak pidana perdagangan orang (TPPO) ke Myanmar dan
Kamboja, di mana banyak korban dijebak bekerja sebagai scammer atau admin judi
online,” jelas Romo Yance, sapaan akrab RP. Ansensius Guntur CS.
Lebih lanjut,
Romo Yance menjelaskan bahwa Stella Maris adalah organisasi Gereja Katolik yang
didirikan pada tahun 1920 di Glasgow, Skotlandia, untuk melayani para pelaut di
seluruh dunia, baik pelaut niaga maupun pelaut perikanan. Kehadiran Stella
Maris di Batam menjadi yang pertama di Indonesia setelah organisasi ini
berkembang di berbagai negara.
“Bapak-Ibu
mungkin bertanya, mengapa kita harus merayakan Hari Minggu Migran Sedunia?
Mengapa kita perlu memperhatikan nasib para pelaut? Untuk diketahui, 90 persen
perdagangan dunia berlangsung melalui jalur laut. Tanpa pelaut, perekonomian
dunia tidak akan bergerak. Begitu pula tanpa pelaut perikanan—atau yang biasa
kita sebut nelayan—banyak bagian dunia akan terancam kelaparan,” tegasnya.
.png)
