Dalam Seminar Hari Minggu Migran Sedunia yang digelar Gereja Katolik Kevikepan Kepulauan Riau di Grand Ballroom Pacific Palace Hotel, Minggu (21/9/2025), Uskup Keuskupan Pangkalpinang, Mgr. Adrianus Sunarko, OFM, memberikan refleksi iman mengenai perhatian Gereja terhadap para migran, pelaut, dan keluarganya.
Mgr. Adrianus
memulai dengan pendasaran Kitab Suci. Ia menegaskan bahwa perhatian kepada
orang asing merupakan perintah Allah sendiri: “Janganlah kautindas atau
kautekan seorang orang asing, sebab kamupun dahulu adalah orang asing di tanah
Mesir” (Kel. 22:21). Perjanjian Baru juga menampilkan Yesus Kristus sebagai
seorang “migran”, ketika bersama Maria dan Yosef harus mengungsi ke Mesir (Mat.
2:13-15). Lebih jauh, Kristus sendiri mengajarkan, “Sebab ketika Aku lapar,
kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku
seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan” (Mat. 25:35).
“Jadi ini motif
teologis kenapa kita orang Kristiani, orang Katolik, harus memberi perhatian
pada orang miskin pada umumnya dan khusus juga pada para migran,” tegas Uskup
Adrianus.
Selain Kitab
Suci, Uskup Adrianus menyinggung dokumen Gereja yang relevan, mulai dari Gaudium
et Spes Konsili Vatikan II hingga ajaran para paus, termasuk Paus Leo XIII,
Pius X, Pius XII, Yohanes XXIII, Paulus VI, Yohanes Paulus II, Benediktus XVI,
hingga Paus Fransiskus. “Yang paling berkesan tentu adalah Paus Fransiskus.
Kunjungan pastoral pertamanya di luar Vatikan adalah ke Lampedusa, Italia,
tahun 2013—pulau kecil yang menjadi jalur utama migrasi. Itu tanda kuat
kepedulian Paus terhadap kaum miskin dan terpinggirkan,” jelasnya.
Mgr. Adrianus
juga mengutip pesan keras Paus Fransiskus saat bertemu para uskup sedunia,
ketika Paus mengajak umat beriman untuk berhening sejenak mengenang semua orang
yang kehilangan nyawa di jalur migrasi, serta mereka yang dieksploitasi atau
diperbudak. “Pesan ini sangat kuat dan relevan bagi kita di Indonesia,
khususnya di Keuskupan Pangkalpinang, di mana banyak umat juga adalah
perantau,” tambahnya.
Uskup Adrianus
menyinggung sejarah kehadiran Gereja Katolik di Keuskupan Pangkalpinang, yang
sejak awal tidak lepas dari konteks migrasi. Agama Katolik pertama kali hadir
di Bangka Belitung dibawa oleh seorang sinse dari Tiongkok yang datang
bersama buruh timah pada masa kolonial Belanda. “Sejak awal, Gereja hadir di
tengah para perantau dan pekerja. Maka, perhatian kepada migran dan pelaut
bukanlah hal baru, melainkan ciri khas yang harus terus kita hidupi,” ujarnya.
Dengan menutup
refleksinya, Uskup Adrianus mengingatkan kembali ayat-ayat Kitab Suci yang
menjadi dasar iman: Matius 25. Ia menegaskan bahwa Gereja dipanggil untuk
berjalan bersama para migran dan pelaut, menghadirkan kasih Kristus bagi mereka
yang seringkali terabaikan namun justru menopang peradaban dunia.
.png)
