Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Uskup Adrianus Sunarko Jelaskan Migran dalam Perspektif Iman Katolik

Selasa, 14 Oktober 2025 | Oktober 14, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-10-15T03:19:25Z


Dalam Seminar Hari Minggu Migran Sedunia yang digelar Gereja Katolik Kevikepan Kepulauan Riau di Grand Ballroom Pacific Palace Hotel, Minggu (21/9/2025), Uskup Keuskupan Pangkalpinang, Mgr. Adrianus Sunarko, OFM, memberikan refleksi iman mengenai perhatian Gereja terhadap para migran, pelaut, dan keluarganya.

Mgr. Adrianus memulai dengan pendasaran Kitab Suci. Ia menegaskan bahwa perhatian kepada orang asing merupakan perintah Allah sendiri: “Janganlah kautindas atau kautekan seorang orang asing, sebab kamupun dahulu adalah orang asing di tanah Mesir” (Kel. 22:21). Perjanjian Baru juga menampilkan Yesus Kristus sebagai seorang “migran”, ketika bersama Maria dan Yosef harus mengungsi ke Mesir (Mat. 2:13-15). Lebih jauh, Kristus sendiri mengajarkan, “Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan” (Mat. 25:35).

“Jadi ini motif teologis kenapa kita orang Kristiani, orang Katolik, harus memberi perhatian pada orang miskin pada umumnya dan khusus juga pada para migran,” tegas Uskup Adrianus.

Selain Kitab Suci, Uskup Adrianus menyinggung dokumen Gereja yang relevan, mulai dari Gaudium et Spes Konsili Vatikan II hingga ajaran para paus, termasuk Paus Leo XIII, Pius X, Pius XII, Yohanes XXIII, Paulus VI, Yohanes Paulus II, Benediktus XVI, hingga Paus Fransiskus. “Yang paling berkesan tentu adalah Paus Fransiskus. Kunjungan pastoral pertamanya di luar Vatikan adalah ke Lampedusa, Italia, tahun 2013—pulau kecil yang menjadi jalur utama migrasi. Itu tanda kuat kepedulian Paus terhadap kaum miskin dan terpinggirkan,” jelasnya.

Mgr. Adrianus juga mengutip pesan keras Paus Fransiskus saat bertemu para uskup sedunia, ketika Paus mengajak umat beriman untuk berhening sejenak mengenang semua orang yang kehilangan nyawa di jalur migrasi, serta mereka yang dieksploitasi atau diperbudak. “Pesan ini sangat kuat dan relevan bagi kita di Indonesia, khususnya di Keuskupan Pangkalpinang, di mana banyak umat juga adalah perantau,” tambahnya.

Uskup Adrianus menyinggung sejarah kehadiran Gereja Katolik di Keuskupan Pangkalpinang, yang sejak awal tidak lepas dari konteks migrasi. Agama Katolik pertama kali hadir di Bangka Belitung dibawa oleh seorang sinse dari Tiongkok yang datang bersama buruh timah pada masa kolonial Belanda. “Sejak awal, Gereja hadir di tengah para perantau dan pekerja. Maka, perhatian kepada migran dan pelaut bukanlah hal baru, melainkan ciri khas yang harus terus kita hidupi,” ujarnya.

Dengan menutup refleksinya, Uskup Adrianus mengingatkan kembali ayat-ayat Kitab Suci yang menjadi dasar iman: Matius 25. Ia menegaskan bahwa Gereja dipanggil untuk berjalan bersama para migran dan pelaut, menghadirkan kasih Kristus bagi mereka yang seringkali terabaikan namun justru menopang peradaban dunia.

×
Berita Terbaru Update